Romantisme di tempat kerja? Ooops….

Two left hands forming an outline of a heart s...
Image via Wikipedia

Pernahkah anda berkenalan dengan seseorang di tempat kerja, dan kemudian orang itu menjadi teman dan bukan sekedar rekan kerja lagi? Bahkan pada kasus tertentu, relasi anda bisa jadi menjadi jauh lebih mendalam secara emosional, misal anda menjadi sahabat erat. Bahkan, pada kasus tertentu, ini mungkin juga menggelinding menjadi hubungan asmara? Lebih runyam lagi ketika relasi itu sudah begitu erat, dan ketika terjadi konflik, yang terjadi adalah konflik interpersonal antara dua sahabat atau sepasang kekasih di tempat kerja. Tempatnya pekerjaan, tapi pertengkarannya personal. Hehehe……

“Ah, itu kan tidak relevan dengan profesionalisme dalam pekerjaan”, kata sebagian orang. Betul, bagi sebagian orang memang demikian. Bahkan beberapa tempat kerja mengatur urusan relasi ini dengan ketat, misal satu pasangan suami istri tidak boleh bekerja di tempat yang sama. Sebagian orang lagi bahkan mengatakan bahwa bahwa urusan asmara di tempat kerja adalah hal tabu. OK, saya juga paham. Kan memang secara etika sosial, kesannya memang urusan privat tidak elok dibawa ke pekerjaan. Tapi…….kalau mau jujur, ini kan kerap terjadi kan?

Romantika dalam pekerjaan memiliki arti ganda. Yang pertama memiliki arti luas yang meliputi segala warna-warni cerita kita di tempat kerja. Yang kedua adalah spesifik, yaitu seputar relasi romantis antar kolega di tempat kerja. Yang pertama merupakan sesuatu yang kerap jadi pembicaraan, baik formal maupun sebagai bahan gosip. Yang kedua lebih sering jadi hidangan utama dalam gosip lunch break, apalagi bila topiknya agak scandalous seperti perselingkuhan. Seperti yang kita semua tahu, yang tabu itu selalu jadi topik seru šŸ™‚

Lalu, bagaimana sebaiknya?

Saya pikir ini soal kepantasan yang diyakini oleh sebuah komunitas kerja, serta sejauhmana mereka terbuka pada warna-warni kehidupan. Jadi, menurut saya kata sebaiknya disini tidak sama artinya bagi semua orang. Semisal ada dua rekan kerja anda yang saling tertarik satu sama lain, respon anda sangat tergantung dari banyak hal bukan? Kalau anda menyikapinya OK, maka anda mungkin OK. Tapi bila anda punya ‘ganjalan’ dengan salah satu dari mereka, mungkin lain responnya. Apalagi kalau anda naksir salah satu dari mereka, wah ini bisa jauh lebih ruwet ceritanya hahahahaha…..

Saya pribadi melihatnya dengan sudut pandang begini: Baik atau tidak baiknya perilaku seseorang di pekerjaan dinilai dari sejauh mana perilakunya mempengaruhi kinerja organisasinya. Jadi, entah ada pasangan yang lagi pacaran satu kantor atau tidak, selama tidak mengganggu proses kerja, maka itu bukanlah masalah. Nah, kalau ada pemikiran-pemikiran berbau prasangka semisal kekhawatiran bila ada nepotisme dan subjektivitas karena hubungan romantis, saya pikir itu tidak pas. Karena tanpa perlu ada romantisme antar kolega pun tetap saja bisa terjadi hal-hal tersebut.

Justru meributkan hidup percintaan rekan kerja itu sendiri bisa jadi sebuah kebiasaan tidak sehat yang menumbuhkan masalah. Walau, tentu saja itu hal yang susah-susah gampang untuk diurus. Kadangkala, malah ada orang-orang yang sampai menyembunyikan relasi asmaranya dengan sesama rekan kerja, karena ketakutan yang atas serangan ‘gosip lunch break’. Pada konteks yang demikian, mungkin malah romantika yang tadinya tidak berbahaya bagi pekerjaan malah bisa jadi masalah.

Itu menurut saya. Bagaimana dengan anda ?

Posted with WordPress for BlackBerry.

Advertisement

5 thoughts on “Romantisme di tempat kerja? Ooops….

  1. Saya ada dua tanggapan:

    1. CInta itu urusan pribadi. Seks itu urusan pribadi. Cukup dilakukan intervensi ketika itu mulai mempengaruhi atmosfer dan hasil kerja.

    2. Gosip tidak boleh dikipasi. Selama romantisme masih berupa rumor atau gosip, kita pantas mengabaikannya. Jika sudah come out, baru kita menganalisisnya.

    1. Hehehe……saya pribadi setuju. Tapi inilah hal yang tidak banyak berlaku di umumnya pekerjaan, dan dalam masyarakat kita secara keseluruhan. Di banyak tempat kerja, sulit mengharapkan orang tidak menggosip soal cinta dan seks, apabila ini terkait dengan kolega mereka hehehe…….Di masyarakat, tak perlu dibahas panjang, industri infotainment adalah indikasinya.

      1. Yah ini memang gejala nyata yang harus dilihat dengan cermat, apa akar penyebabnya. Saya pribadi selalu menjauh, jika ada gosip atau rumor di tempat kerja, atau dimanapun. UNtuk infotainment saya masih melihat sisi positifnya, yakni mereka menyediakan lapangan kerja, walaupun lapangan kerja yang ambigu. Tapi saya tidak melihat sisi positif dari kolega yang menggosipkan temannya sendiri, apalagi soal percintaan. Mendingan kita berdiskusi daripada gosipin urusan pribadi orang.. hahaha…

      2. Hahahahaha…..betul sekali. Walau mungkin saya punya hipotesis tentang mengapa kolega menggosipkan kolega. Pertama, bisa jadi sebagai bentuk displacement/pengalihan atas ketidaknyamanan yang dialami di tempat kerja. Intinya, dengan ‘menggoreng’ hidup orang lain dangan dibumbui tabu dan sensasi, orang bisa feel good dengan worklife-nya sendiri. Kedua, mungkin memang intentional dalam artian gossiping adalah political effort dengan tujuan tertentu. Gosip, suka atau tidak, adalah salah satu kanal yang sangat kuat pengaruhnya dalam membentuk opini publik.

Leave a Reply to James W. Sasongko Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s