Warna-warni para bos

Political cartoon created for the cover of Puc...
Image via Wikipedia

Ini catatan yang sudah lama ingin saya ingin tulis….. tapi tak kunjung selesai. Mungkin karena ini agak remeh dan lebih bersifat serius tapi santai. Tapi bisa jadi buat yang membaca, ini hal yang serius juga. Anyway, ini soal beberapa karakter bos yang pernah saya temui. Ada yang membuat saya terkesan…..dan ada juga yang membuat saya ‘terkesan’ hehehehe……

So, here they are….

Bos ‘pembicara seminar’

Ini model bos yang public speaking dan public appearance-nya menjual abis deh. Yang cowok tampangnya seperti bos-bos di film dengan jas dan kemeja perlente, hair-style dan hair-do yang sangat well-permed, suara yang kalem, senyum simpatik dan sorot mata yang meluluskan hati. Pendek kata, tampilannya kelihatan keren, luxurious dan bonafid.

Kemampuan bicaranya juga biasanya luar biasa, terutama dalam mempresentasikan ide dan konsep-konsep besar ke orang lain. Penampilannya bisa disejajarkan dengan para motivational speakers yang kerap kita temui sekarang ini. Namun di lain sisi, karena kekuatan mereka di presentasi, seringkali bos model begini cederung lemah soal delivery atau implementasi di tingkat operasional. Kalau menurut saya, ini belum tentu karena mereka tidak bisa, tapi lebih karena merek sudah mengkondisikan diri untuk sukses dari pencitraan, dan akibatnya tidak cukup terkondisikan untuk bergelut dengan keruwetan operasional.

Bos cerdas tapi usil dan jahil

Ini karakter yang smart, tapi jahil. Menurut saya, karena kecerdasannya itulah, dia cenderung jahil. Model ini bukan berarti selalu orang yang pintar sekolah dengan indek kelulusan tinggi. Bos cerdas adalah bos yang jeli melihat apa yang biasanya tak terlihat, dan berpikir jauh lebih cepat dan lebih jauh dibanding orang-orang umumnya. Karena melihat lebih jeli dan lebih jauh inilah, dia biasanya tahu apa yang orang-orang sekitarnya tak tahu.

Disitulah kejahilannya muncul. Model bos yang begini suka meledek dan mengusili rekan kerjanya, bahkan kadang mempermainkan mereka. Uniknya, keusilan dan kejahilan yang dilakukan sebenarnya murni upaya berinteraksi dan bukan upaya menghina dalam arti sesungguhnya. Bisa dibilang, model bos yang begini ini kelebihan energi sehingga perlu penyaluran. Masalahnya  memang, rekan kerjanya bisa merasa terhina dan terluka hehehe….dan biasanya si bos ini juga tidak merasa bermasalah kalau rekan kerjanya tak suka pada dirinya. Mungkin inilah kenapa dia sulit berhenti untuk usil dan jahil.

Bos berlagak polos

Ini bos yang hobi berlagak bodoh dan tidak tahu, tapi bukan sungguh-sungguh bodoh atau tidak tahu. Bahkan, seringkali dia adalah karakter yang cerdas, tapi pandai dalam berpura-pura bodoh. Biasanya dia seorang penanya yang kritis, atau pendengar yang hebat. Seringkali juga dia seorang aktor yang pintar, terutama dalam menunjukkan bahwa ia tidak pintar.

Susahnya dengan model yang begini ini, kita susah membedakan, apa dia pura-pura polos atau bego, atau dia memang polos dan bego betulan hehehe…. Kita baru  bisa menilai setelah kita berinteraksi dan bekerja dengannya selama beberapa waktu. Bos yang berlagak polos, walau kesannya tidak tanggap atau tidak paham, akan mengambil tindakan yang samar dan tidak mencolok namun punya arah yang jelas. Ini memang tidak tampak jelas, tapi kalau kita jeli, maka kita bisa mengenali pola ini. Sebaliknya, yang polos atau bego beneran tentu akan segera mendatangkan konsekuensi-konsekuensi yang merugikan.

Bos politikus

Ini model bos yang juga kerap kita temui, sebenarnya. Model yang begini adalah model bos yang sangat gesit mengelola kekuasaannya dalam mengendalikan sistem kerja dan orang lain. Yah, sebenarnya bos ya memang harus demikian. Tapi bos politikus biasanya banyak menghabiskan waktu untuk memainkan dinamika politik dalam kantor, dan cenderung lupa atau mengabaikan operasional dan administrasi pekerjaannya sendiri. Cirinya, banyak konflik dan lobi-lobi namun tidak begitu jelas impact riil-nya di lapangan.

Bos yang begini juga biasanya cukup mengerti urusan hukum. Dia bisa dibilang cukup ‘gesit’ ketika berurusan dengan peraturan dan persoalan hukum. Orientasi dia dalam memimpin adalah bermain pengaruh, dan menciptakan iklim ‘tawar-menawar’ terus menerus di lingkungan kerjanya. Bagi sebagian orang, gaya ini menarik karena selalu ada transaksi yang bisa dibicarakan. Namun bagi sebagian lain, gaya bos yang demikian bikin stress karena segalanya menjadi tidak menentu dan tidak memiliki standard yang jelas.

Bos ‘adu ayam’

Ini bos yang suka mengadu anak buahnya. Dia menikmati mengadu anak buah yang dipimpinnya, dengan tujuan agar ada competitiveness yang memacu semua orang. Bos jenis ini sangat termotivasi dengan resiko dan kompetisi yang spekulatif. Tipe bos yang demikian biasanya tidak begitu suka dengan perancanaan matang yang rapi, atau proses-proses analisis sebelum mengambil keputusan. Ia suka mengikuti apa yang ia yakini sebagai intuisi, dan terutama, ia suka dengan proses yang cepat menghasikan.

Tak dapat dipungkiri, memang ada bos ‘adu ayam’  yang memang intuisinya bagus, sehingga banyak keberhasilan yang dicapai. Tapi juga banyak yang benar-benar sering berbuat ‘bodoh’ dantercebur masalah karena tindakannya.

Bos ‘banyak rejeki’

Bos yang begini, bisa menjadi bos karena bisa mengumpulkan anak buah yang lebih bodoh dari dirinya. Begitulah kira-kira cara saya menjelaskan model bos ini dengan kalimat mudah. Dia adalah tipe bos yang merekrut orang yang lebih bodoh, bukan orang yang ahli di bidang pekerjaan yang dilakukan. Tipe bos yang demikian percaya bahwa anak buah yang lebih bodoh dari dirinya akan lebih menurut sehingga mudah dikendalikan.

Bagaimana dengan resiko bisnis kalau seorang bos merekrut orang-orang yang menurut walau tidak kompeten? Bukankah itu sangat beresiko? Saya setuju.

Tapi jenis bos yang satu ini tidak berkeyakinan demikian. Biasanya, bos model ini meyakini bahwa kepatuhan dan kewibawaan bos di mata anak buah adalah satu-satunya penentu keberhasiln bisnis. Soal lain itu soal rejeki. Dan tidak bisa dibantah, ada bos-bos yang demikian tapi sukses. Walau, lebih banyak lagi yang hancur bisnisnya. Itulah kenapa saya menyebutnya bos ‘banyak rejeki’. Bos jenis ini tidak punya kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan yang kuat adalah ketika sang pemimpin bisa memimpin orang yang sama pintar atau lebih pintar darinya. Memimpin orang yang lebih bodoh tentu tetaplah sebuah kepemimpinan, tapi bukan kepemimpinan yang istimewa. Berhasil atau tidaknya bisnis yang dipimpin oleh bos jenis ini bukan karena kepemimpinannya, tapi karena rejekinya.

Bos terampil tapi pendiam

Kalau ini bos yang seperti teknisi. Dia pintar sekali dan terampil sekali. Sayangnya dia sangat jarang berkomunikasi dan berinteraksi. Tapi ini karena dia sunggu sangat fokus dan mendalam di pekerjaannnya. Tapi bisa juga dia demikian karena dia lebih memilih jarang bicara karena suatu alasan yang disengaja.

Bos jenis in sebenarnya adalah seorang specialist. Artinya, dia sesungguhnya seorang yang ahli dalam pekerjaannya. Memang umumnya seorang specialist biasanya sangat terampil dalam pekerjaanya, dan cenderung menjadi lalai atau lemah di bidang lain. Jadi, sikap pendiamnya adalah akaibat dia terlalu tenggelam pada pekerjaannya.

Bos ‘tukang potong’

Bos yang satu ini, hobinya memang memotong. Memotong ini bisa dalam arti memotong ide orang, memotong usaha orang, memotong anggaran orang. Prinsipnya, dia sering mengurangi dan mengerem, tapi tanpa pertimbangan yang jelas.

Bos ini juga terkenal sebagai bos pelit. Ini karena strategi yang ia gunakan selalu berangkat dari anggapan bahwa apapun yang digunakan oleh anak buahnya merupakan pemborosan. Tipe bos yang demikian mengendalikan bisnis dengan memperketat proses kerja dan menekan tim kerja yang dipimpinnya. Penciptaan efisiensi ekstrim adalah trade mark-nya.

Bos arisan

Bos arisan adalah bos yang cara memimpinnya seperti mengelola arisan. Banyak ngobrol sana sini, tapi seringkali soal gosip dan hal lain yang nggak ada kaitan langsung dengan pekerjaan. Selain itu, kesukaannya adalah mengadakan sayembara dan undian berhadiah. Keahliannya dalam memainkan tim kerja melalui komunikasi dan interaksi yang terkait dengan pekerjaan merupakan ciri utamanya.

Bos demikian biasanya sangat bagus dalam menjaga keutuhan timnya, selama timnya adalah orang yang suka bekerja tanpa arah pula. Dan biasanya bos jenis ini memang cukup jeli untuk mengumpulkan anak buah yang demikian. Sebagaimana juga di dalam arisan, dimana banyak konflik-konflik kecil di sana sini, demikian pula tim kerja yang dipimpin bos yang demikian. Namun, tetap saja tim itu berjalan, walau biasanya kinerja tim tidak bagus. Tapi mereka tetap utuh dalam ikatan lifestyle arisan itu.

Bos ‘brotherhood/sisterhood’

Ini bos yang suka menggunakan istilah persaudaraan dalam segala hal. Bos yang demikian sangat menekankan pada retorika atau semboyan atau motto terkait kebersamaan. Seringkali, rasionalitas dan perbedaan merupakan sesuatu yang selalu ia hindari. Hal-hal emosional dan dramatis merupakan sesuatu yang lebih penting baginya.

Ini tentu memiliki akibat yang efektif terutama dalam menjaga keutuhan tim. Namun, segala hal yang retoris dan emosional pasti akan pupus dan kosong seiring realitas perbedaan makin terasa dalam tim kerja yang dipimpinnya. Di sinilah biasanya timbul masalah baginya. Nilai persaudaraan yang diagung-agungkan menjadi terasa hambar dan tidak berguna, terutama karena dia tidak terbiasa membangun ikatan tim bedasar realitas kerja, sementara semboyan-semboyan dramatis sudah tidak ‘laku’ lagi.

OK, ini sudah cukup panjang. Lain waktu saya akan menulis catatan macam ini. Tapi kali ini cukup sampai disini. So, that’s all for now 🙂

Advertisement

16 thoughts on “Warna-warni para bos

  1. Thx James. Dari catatan ini aku mengambil kesimpulan kecil, bahwa banyak “bos” sebenarnya tidak layak menjadi bos. Mereka menjadi bos karena kebetulan semata, atau karena kedekatan dengan pemilik. “Bos-bosan” -yang merasa sebagai bos sungguhan- inilah yang membuat kita jadi ga betah di tempat kerja, dan membuat semuanya jadi susah maju.

    1. Hahahaha…..komentar yang sangat tajam sekali!

      Aku memiliki dua dugaan terkait hal ini. Pertama, jangan-jangan memang tidak semua bos harus ideal, karena memang perlu ada bos-bos yg tidak ‘layak’? Kedua, jangan-jangan pendidikan dan kebudayaan kita tidak mengembangkan kepemimpinan yang berkualitas?

      1. 1. Harus ada standar minimal untuk jadi bos, jadi bisa mengurangi “bos-bosan” di berbagai organisasi yang justru malah merusak. Bos-bos yang tidak layak akan selalu ada, namun jumlahnya memang harus amat dibatasi. Masalahnya kemudian memang siapa yang membuat standar, dan apa isi dari standar itu? Ak rasa para HRmanager dan pakar OD di Indonesia bisa mulai bikin kesepakatan bersama soal ini.

        2. Ini memang masalah kita yang paling mendasar. Kultur (termasuk sistem) masyarakat kita membuat pimpinan sejati sulit tumbuh. Diskriminasi dan mental birokratis mengakar. Aku rasa solusi paling pas untuk ini adalah revolusi pendidikan, minimal dari kelas dan institusi yang ada dalam jangkauan tangan kita. Memang lama tapi langkah itu harus tetap harus dimulai dari sekarang.

    1. Ya ini kan sebenarnya kecenderungan-kecenderungan yang ada pada semua orang. Namun menjadi sesuatu yang tidak biasa ketika kecenderungan-kecenderungan ini termanifestasi dalam perilaku seseorang, yang ‘kebetulan’ adalah seorang bos.
      Kan memang personal quality merupakan sesuatu yang diskirminatif. Samakin besar tanggungjawab, semakain tinggi tuntutan personal quality yang muncul. Coba kalau bukan Bos, tentu sangat banyak permaafan dan permakluman 🙂

  2. Kapan kapan perlu nulis mengenai: Warna-warni ‘follower’….soalnya banyak studi dan artikel tentang bos, manager, leader etc, tapi yang nulis tentang ‘follower’ belum banyak…Keep writing ya…

  3. basic characters of leadership (repost from employee engagement, as we may know it….. or we may not… Nov 21, 2010):

    1. Integrity = unified word and action or performance. a great leader must have integrity and use it with ethical and consistent
    2. Maturity = balance between courage and consideration, freedom or Independence and responsibility.
    3. Trustworthy. a trusted leader will combine commendable character with high technical competency to lead organization with all responsibilities.
    4. Excellencies, a character which sets out the best work quality and continually strive for excellence. this will motivate the employees to follow their leader, and will transform their work culture.

    Remember that James? Actually, it’s hard to find boss who have character like I described above, but I believe if the boss want to change their leadership style, it’s possible for them to become a real boss, not an instant boss like you describe above.

    1. Hehehe…..well, actually I’m not saying that any kind of boss I’ve mentioned above are not reall boss. In fact, I think there will always be different kind of boss who are mostly not ideal.
      I just think that accepting the imperfect situation is as important as to rech the ideal leadership.

  4. Menarik, Pak James,
    jadi ingin tahu lebih banyak mengenai impact-nya terhadap Organisasi.

    Ada tertulis :
    ” Dan biasanya bos jenis ini memang cukup jeli untuk mengumpulkan anak buah yang demikian”

    Pak James, apakah dapat dijelaskan hubungan jenis Boss, dengan Jenis Anak Buah yang “cocok” ? (shg terbangun sbg Team yg Solid Produkdif, ataupun Team yg Destruktif thd Organisasi)

    Suwun

Any thoughts?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s