Hari ini hari libur, pastinya……..Tapi ini libur yang unik, karena ini hari dimana Idul Adha dan Thanksgiving jatuh bertepatan di hari yang sama. Di Indonesia, ini hari yang identik dengan kurban sapi dan kambing, di Amerika ini adalah hari yang identik dengan kalkun. Yup, hari ini adalah hari di mana perayaan dengan hidangan daging tertentu……..
I’m not going to talk about religious matter here. I want to convey the story and the spirit of these two events. Ada tema mendasar dalam keduanya, yaitu tentang pengorbanan yang tulus. Kambing dan kalkun merupakan simbolisasi hal tersebut. Kambing atau domba dalam perayaan Idul Adha merupakan pengorbanan Nabi Ibrahim sebagai untuk Allah, walau sebelumnya malah putranya Ismail yang hendak direlakan. Domba merupakan pengganti Ismail yang disediakan oleh Allah, karena Allah percaya akan kerealaan Ibrahim untuk berkurban.
Kalkun Thanksgiving adalah memorial dan ungkapan terimakasih untuk bantuan para penduduk asli Amerika (the First People) kepada para pendatang (pilgrimage) Eropa yang mendarat di benua Amerika. Tanpa bantuan First People (yang sering kita sebut sebagai Indian; sebuah sebutan yang berasal dari salah pengertian), para pendatang tersebut akan mati kelaparan. Walau dalam cerita selanjutnya, kita tahu bagaimana penduduk asli Amerika diperlakukan tidak adildan terjajah, sehingga mereka kini menjadi sangat sedikit. Namun demikian, ini juga sebuah cerita tentang pengorbanan.
Nah, uniknya, makin lama semangat pengorbanan ini makin jadi perayaan tanpa mengingat spirit aslinya. Ini tidak hanya terjadi di Idul Adha ataupun Thanksgiving. Ini juga terjadi di semua hal. Banyak perayaan yang seharusnya menjadi memorial malah akhirnya jadi pemborosan yang tidak jelas arahnya. Tidak aneh jika hari ini, seorang teman di facebook, seorang yang cukup terkenal, Ulil Absar Abdalla; mengusulkan agar ada acara membantu anak-anak miskin agar bersekolah sebagai bentuk kurban yang lebih riil.
Saya pikir ini usulan menarik yang bisa dilakukan di beragam komunitas, beragam acara dan beragam perayaan. Inti usulan itu adalah kembali pada spirit perayaan yang sejati, lalu diterjemahkan dalam konteks dan realitas masa kini yang kita hadapi. Kalau kita mau jujur, banyak seremoni yang kita lakukan dengan begitu sibuk dan hingar bingar, namun kita tak lagi ingat mengapa kita melakukannya, dan mau ke mana kita dengan melakukan hal-hal tersebut. Jadi, mari kita meninjau kembali spirit dari hal-hal yang kita lakukan dan kita rayakan.