Dahlan Iskan dan politik perubahan dalam PLN

Salah satu perkembangan menarik yang sulit saya hilangkan dari benak saya (atau mungkin lebih tepat kalau saya memang suka menyimpannya dalam benak saya…), adalah pengangkatan Dahlan Iskan sebagai Direktur Utama PLN. Seperti yang banyak diangkat di berbagai media massa, peristiwa ini termasuk kontroversial. Saya setuju anggapan ini karena dua alasan.

Pertama, memang dalam sejarah PLN tidak pernah ada direktur utama yang berasal dari luar PLN. Ini berarti pengangkatan Dahlan yang tidak pernah bekerja di PLN sama sekali ini adalah peristiwa yang tak pernah ada presedennya (unprecedented event) dalam sejarah PLN; dan artinya juga ini bertentangan dengan kebiasaan dan budaya organisasi PLN.

Kedua, Dahlan Iskan jelas bukan orang yang akan muncul di benak kita kalau kita bicara industri kelistrikan. Kita akan mencoba mencari nama orang ITB atau ITS, tapi rasanya jauh dari nama Dahlan. Ini karena nama Dahlan sangat lekat dengan Jawa Pos.  Meskipun Jawa Pos bukan didirikan oleh Dahlan, namun tak pelak, cerita bangkitnya  Jawa Pos hingga menjadi grup usaha besar seperti sekarang adalah cerita tentang Dahlan Iskan. Ini juga berarti bahwa kita mungkin meremehkan potensi Dahlan untuk membuat prestasi di bidang selain media massa.

Ya, dia seorang person yang sangat terkenal sebagai enterpreneur di bidang media massa, terutama terkait dengan gaya kepemimpinannya yang unik. Menurut saya, jika kebanyakan Dirut PLN adalah orang yang tak banyak dikenal masyarakat (dan baru mulai terkenal setelah banyak protes dari masayarakat atas layanan PLN yang buruk); Dahlan bisa jadi jauh lebih terkenal daripada PLN itu sendiri. Ini jelas sesuatu yang tidak akan dianggap biasa oleh orang-orang dalam PLN. Di sini critical point-nya. Ketika kita bicara Dahlan Iskan dan prestasinya di Jawa Pos, kita bisa jadi melalaikan bahwa yang kita ingat adalah personal quality dia sebagai pemimpin perusahaan, bukan sekedar dia sebagai pemilik media massa.

Beberapa orang pasti akan berbeda pendapat dengan saya, dan beranggapan saya menafikkan alasan lain yang tak kalah penting, yaitu keterkaitan Dahlan dengan Presiden SBY. Saya paham hal tersebut, namun tetap melihat hal itu sebagai hal yang wajar. SBY dan kelompok politiknya jelas ingin menaruh orang-orang yang strategis di posisi-posisi perusahaan strategis milik negara. Alasannya sederhana, orang yang punya framework yang sama yang akan bisa mewujudkan visi SBY tentang perubahan di negara ini. Di berbagai negara lain juga hal yang lumrah bahwa kepala pemerintahan memilih eksekutif perusahaan publik yang memiliki pandangan dan framework yang sesuai. Masalahnya adalah bahwa keterkaitan politik tidak berarti menunjukkan Dahlan tidak kompeten untuk memimpin PLN.

Lalu apa yang menarik buat saya di sini? Bagi saya, yang menarik adalah upaya perubahan top down yang akan terjadi di PLN dengan di-drop-nya Dahlan oleh pemerintah. Ini jelas bukan sekedar mengganti orang. Mengapa? Karena Dahlan bukan personality yang seperti pion catur, yang tinggal taruh dan pakai. Menaruh Dahlan Iskan di PLN itu seperti menaruh bom perubahan. Kehadiran dan tingkah laku dia saja sudah merupakan intervensi organisasi bagi PLN, karena ya dia itu orang yang unik.

Bila umumnya orang di-drop dari atas seringkali bertindak dengan berlindung di balik otoritas, saya tidak yakin Dahlan akan, dan bisa bertindak begitu. Bukan Dahlan kalau akan berlindung di balik otoritas melulu. Dia bukan cuma kepanjangan tangan; dia orang yang selalu punya agenda dan sadar akan agendanya tersebut. Dengan kata lain, dia akan berusaha jadi pemimpin PLN betulan, bukan pimpinan drop-dropan. Dia seorang yang handal dan piawai dalam mengelola organizational politics sebagai driver perubahan organisasi.

Ada dua hal yang tidak bisa dibantah dalam strategi perubahan organisasi. Pertama, perubahan organisasi adalah bicara perubahan budaya kerja yang ada dalam organisasi. Omong kosong besar organisasi bisa berubah kalau budayanya tidak berubah. Nah, karena peran dan personality pemimpin adalah sangat menentukan budaya organisasi yang dipimpinnya; maka perubahan budaya sangat lekat denga perubahan pola kepemimpinan.

Kedua, seringkali perubahan organisasi sukses ketika ada pemimpin yang didukung dari ‘atas’ dan mampu menjangkau yang di ‘bawah’.  Artinya pemimpin itu politically competent dalam mempertemukan beragam kepentingan yang bermain dalam organisasi. Di tengah beragam agenda yang dimiliki banyak elemen dalam PLN, Dahlan semestinya punya agenda sendiri yang dia mau jalankan. Apapun agenda itu, seharusnya agenda itu bisa membuat semua sepakat dengan dia untuk merubah PLN menjadi penyedia jasa listrik yang memuaskan para pelanggannya.

Oleh sebab itu, pemimpin yang sama sekali bukan orang PLN terdengar menjanjikan buat saya. Karena masalah di PLN itu ya simpel saja:  tidak ada perubahan budaya yang nyata (coba bandingkan dengan Telkom). Nah, sekarang tinggal bagaimana ide simpel ini akan dieksekusi oleh Dahlan dalam dua tahun yang ia janjikan. Bisakah agenda dia menjanjikan kemungkinan terciptanya sebuah PLN baru, sehingga orang-orang PLN tidak lagi terjebak dalam budaya lama yang historis tapi bikin pelanggan histeris itu.

Share/Bookmark

Advertisement

4 thoughts on “Dahlan Iskan dan politik perubahan dalam PLN

  1. Nice point Mister!
    Saya selama ini memang melihat Dahlan Iskan sebagai orang yang kredibel dalam membangun sebuah organisasi.

    Saya melihat sendiri keseharian di graha pena dulu sangat mendukung suasana perubahan organisasi yang sehat. Ya karena adanya pemikiran Dahlan Iskan ini.

    Awalnya saya juga kaget mendengar kabar Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN. Awalnya saya berpikir, apa jadinya media massa (Jawa Pos Grup khususnya) tanpa sosok Dahlan Iskan. Namun bila dipikir terbalik senada dengan Mister: Apa saja perubahan besar yang dapat dilakukan Dahlan Iskan di dalam tubuh PLN?

    Mudah2an saja setelah kepemimpinan Dahlan Iskan, Listrik di Indonesia ga byar pet lagi. Hehe

  2. sejujurnya Pak James…
    saya ketinggalan berita mengenai Dahlan Iskan ini…
    coz saya nda langganan koran n jarang liat TV…
    bs dibilang hampir nda pernah liat TV…
    tetapi dengan info ini, yang jadi pemikiran saya seh..
    dengan digantinya dirut PLN yang diganti oleh Dahlan Iskan, pastinya SBY memiliki harapan dan pandangan bahwa Dahlan Iskan mempunyai “sesuatu” yang tidak dimiliki oleh calon2 yg laen…
    kredibilitas dan kreatifitas yang dimiliki oleh org ini, jauh melebihi standar yang ditetapkan untuk menduduki posisi dirut PLN…
    Dahlan Iskan menurut saya sendiri adalah sesosok yang memiliki kemampuan menciptakan yang tidak ada menjadi ada sehingga nantinya mendatangkan kemajuan dalam industri PLN di Indo ini…
    seperti yang dilakukan di JawaPos…
    Deteksi merupakan sesuatu yang baru dan mungkin ketika pertama kali mendapat kritikan dari banyak pihak, tetapi pangsa pasar yang ditembak oleh Deteksi adalah anak muda dan hal itu mengena…
    mungkin SBY juga berharap bahwa Dahlan Iskan mampu menciptakan “sesuatu” yang dapat memberikan angin segar bagi PLN ini…
    karena saya sendiri merasakan bahwa organisasi yang memiliki personil yang TOP tetapi pemimpin org. tersebut kurang TOP, maka org. itu akan menjadi kurang TOP jg…
    seperti yg dikatakan Pak James…
    pemimpin suatu org. merupakan “driver” yang menyetir ke arah mana org. itu mau menuju…

  3. kalo sepintas penilain, dahlan berasal dari latar belakang dunia jurnalistik, dunia dgn idealistis keterbukaan/transparansi, yang memiliki keberpihakan pada kebenaran, keadilan, anti penindasan dan tidak pro kekuasaan yg menindas rakyat.
    idealisme pers yg dulunya sangat bertentangan dgn kekuasaan dalam hal keterbukaan dan transparansi. jadi muncul pertanyaan..apakah langkah sby merekrut dahlan dalam jajaran pemerintahan adalah salah satu upayanya untuk “menjilat” dunia pers. saat ini sby dlm situasi yg membutuhkan keterbukaan, terutama dlm hal bank century.
    tindakan yg sedikit tdk logis..kalo merekrut kepala pln dr duni jurnalistik. ini bukan untk kepentingn perbaikan pln..tapi kepentingan politik. …sudah lagu lama kalo pemerintahn slalu berkutat dgn politik..but..please..kelistrikan hrs ditangani wartawan…
    semua orang jago dibidangnya..baik itu manajerial, organisasional, dll. tapi itu juga dalam kapasitas dan latar belakangnya masing2. blm tentu yg jago menulis berita bisa juga jago pasang instalasi listrik..hope aja moga langkah sby itu untk kepentingan rakyat dan bukan kepentingan pribadi.

    1. Di situlah pointku, Lex. Ini jelas kepentingan politik. Pertanyaannya, apakah intervensi politik ini akan bisa menciptakan perubahan yang positif atau tidak. Ini tentu sangat berhubungan dengan Dhalan Isakan yang mestinya tidak bisa dijadikan boneka begitu saja.

      Jadi, sepakat bahwa kita berharap ini demi rakyat, bukan pribadi.

Any thoughts?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s