Keberlangsungan sebuah bisnis melalui perubahan jaman tergantung pada banyak hal. Salah satunya adalah kemampuan menerjemahkan, dan meng-interpretasi ulang best practices dan business wisdom dari masa lalu – ke dalam strategi dan cara kerja di era yang baru.
Contohnya nilai kerja keras. Sekalipun di era revolusi industri digital seperti sekarang, kenyataannya nilak kerja keras tetap diperlukan untuk mencapai sukses. Namun interprestasi kerja keras dalam konteks masa kini berbeda dengan konteks pada era sebelumnya. Kalau dulu kerja keras itu berarti berangkat pagi pulang malam, misalnya.
Namun di era kerja cerdas, yang juga dipenuhi alat-alat cerdas ini, kerja keras mungkin bukan selalu soal pagi sampai malam.
Bisa jadi lebih ke upaya keras dan memakan waktu lama untuk persiapan dan perencanaan/desain, misalnya. Bisa jadi kerja keras dalam mendalami big data untuk memastikan kita bisa mendesain pilihan-pilihan yang tepat guna sesuai situasi yang dihadapi, dan bukan hanya mencuplik dari teori-teori dari buku manajemen.
Itu hanya sekilas contoh. Ada banyak lagi contoh yang bisa kita temukan dalam beragam praktek bisnis sekarang. Dan banyak pula contoh kegagalan dalam mengidentifikasi, sebenarnya yang hal-hal baik dari masa lalu yang bisa kita reinterpretasi dalam aplikasi masa kini.
Di situlah tantangan sebenarnya:
Bagaimana mengetahui hal-hal apa saja dari masa lalu yang perlu direinterpretasi, dan hal-hal apa yang perlu ditinggalkan.