Mungkin 17 Agustus tidak perlu upacara…….

……..kalaulah kita mengikutinya sebagai orang yang tidak merdeka.

Kemarin malam, di dekat pos pengamanan di lingkungan tempat saya tingal, beberapa orang berkumpul di sekitar api unggun. Mereka mengadakan apa yang merek sebut renungan. Acaranya sangat sederhana, dan sangat informal. Ini sangat berbeda dengan kewajiban upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus. Saya berani bertaruh bahwa pagi ini, sebagian dari yang mengikuti upacara bendera tidak sungguh-sungguh menjalaninya, dan hanya menganggap itu adalah kewajiban rutin.

Saya tidak bermaksud menyatakan bahwa upacara bendera untuk merayakan kemerdekaan adalah salah. Namun saya ingin kita semua berefleksi bahwa upacara itu sangat berbeda secara fundamental dengan ekspresi kemerdekaan.

Bedanya jelas, yaitu acara renungan ini inisiatif sendiri, tidak formal, dan sesuai dengan perasaan orang-orang yang terlibat. Sementara upacara bendera itu formal, lebih terarah pada ‘standar’ perayaan berbau militeristik yang seakan telah ditetapkan sebagai satu-satunya cara merayakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang benar. Dan menurut saya, perayaan yang berangkat dari ekspresi dan inisiatif sendiri, bukannya diarahkan, itulah yang merupakan bukti nyata kemerdekaan.

bali kecak dance

Sekali lagi, bukan berarti upacara jelek. Itu hal yang penting dan sangat bagus, selama dilakukan dengan berlandaskan kesadaran pribadi tentang arti kemerdekaan itu pada masing-masing orang. Tanpa ini, maka upacara hanya menunjukkan ironi kemerdekaan, dimana perayaan kemerdekaan diikuti oleh jiwa-jiwa tak merdeka. Itu karena yang mengikuti upacara hanya mengikuti tanpa sadar dan sepenuh jiwa. Upacara yang demikian sama juga dengan kumpulan robot tanpa determinasi.

Ya! Kemerdekaan adalah sebuah pernyataan bahwa kita berdeterminasi atas hidup kita sendiri. Bahwa masing-masing dari diri kita punya keterlibatan perasaan atas momentum kemerdekaan itu sendiri. Kemerdekaan sebuah bangsa, sejatinya adalah peristiwa massal yang sekaligus sangat individual. Massal karena peristiwa itu terjadi pada sebuah bangsa, sebuah kesatuan kolektif. Individual, karena karena kemerdekaan itulah setiap insan bangsa itu punya hak pribadi sebagai manusia yang dilindungi oleh kedaulatan negara itu sebagai warga negara. Dengan demikian, setiap insan warga negara punya hak hidup merdeka yang membuat masing-masing mereka bisa mengekspresikan hak hidup merdeka itu dengan cara mereka.

Dan itulah yang saya lihat tadi malam di renungan tersebut. Mereka yang hadir merayakan kemerdekaan dengan cara mereka sendiri. Bukan dengan sebuah prosedur upacara dimana semua orang menjadi ‘prajurit’ yang ekspresi dan geraknya serba sama sesuai dengan instruksi dan komando.

Dalam upacara itu, Sang Saka Merah Putih ada di depan orang-orang yang berbaris. Sedangkan dalam renungan itu, Sang Saka Merah Putih berkibar di dalam hati masing-masing orang yang hadir.

Bagi saya, kibaran di dalam hati yang menafasi ekspresi kegembiraan dan syukur atas kemerdekaan itu adalah khidmat peringatan kemerdekaan sesunguhnya. Itulah perwujudan sejati dari arti kata merdeka.

Advertisement

One thought on “Mungkin 17 Agustus tidak perlu upacara…….

Any thoughts?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s