Manusia memberi nilai tambah dalam apa yang dikerjakannya….seharusnya. Ini karena manusia punya kemampuan dan kreativitas untuk mencari solusi, bukan sekedar melakukan sesuatu tanpa dipikir…… semestinya.
Tapi ternyata ini tidak selalu terjadi dalam kenyataan. Bahkan kompetensi dan pengalaman pun bisa tenggelam ketika seseorang bekerja dengan cara hanya sekedar bekerja dengan pikiran yang ‘mati’. Manusia yang bekerja dalam proses rutin dan tidak memerlukan rekacipta pikir yang adaptif di dalam keseharian, adalah manusia yang bekerja di dalam proses kerja prosedural.
Pekerjaan macam ini dulu memang banyak dan lumrah dijumpai…. Tapi itu di jaman kecerdasan buatan dan teknologi robotik masih belum secanggih saat ini, dan belum seefisien saat ini. Kini, memasuki era 4.0, kecerdasan digital buatan telah menjadi pesaing kemampuan manusia dalam melakukan proses rutin prosedural.
Ironisnya, teknologi ini bisa melakukan pekerjaan prosedural dengan lebih banyak dan lebih baik daripada manusia. Sebaliknya, banyak pekerjaan dimana manusia diharapkan menggunakan inisiatif dan daya kreatifnya untuk menyelesaikan masalah, tapi malah dikerjakan secara prosedural seperti robot, tapi tetap dengan kelalaian ala manusia.
Jadi, ada pekerjaan yang lebih sesuai untuk robot, tapi dikerjakan manusia….lalu ada pula pekerjaan yang memerlukan kemanusiaan di dalamnya, tapi dijalankan oleh manusia yang ‘mati’ bagai robot.
Yang manakah kita?