Happiness! What would that be….?

Berapa kali dalam sebulan kita memikirkan apakah kita happy? Jawabannya bisa macam-macam. Namun saya ingin ulang pertanyaan itu dengan cara yang agak berbeda: Berapa kali dalam sebulan kita mencoba memikirkan tentang apa sih yang sebenarnya membuat kita happy? Saya sangat ragu bahwa ini jawabannya akan mudah. Mungkin dengan cepat dan tanpa pikir panjang kita akan menjawab macam-macam.

Nah, apapun jawabannya, saya akan merespon dengan pertanyaan sesungguhnya: Apakah itu adalah hal yang benar-benar membuat anda happy? ATAU itu adalah hal-hal yang sepertinya telah membuat happy orang lain, sehingga anda pikir barangkali dapat membuat anda happy juga?

Masalahnya, banyak orang memilih mencari happiness untuk mereka dengan meniru cara orang lain mencari happiness. Lalu, setelah mereka melalui, mereka menunjukkan happiness dari ‘kulit luar’ karena mereka bisa terlihat happy. Atau, lebih tepatnya, mereka menampakkan apa yang banyak diyakini oleh banyak orang sebagai ciri-ciri orang bahagia. But, do they actually feel happy?

I believe this often happens before our eyes without us realizing it. Banyak orang ingin tampil seperti artis atau model-model yang berseliweran di media. Banyak orang suka bergaya mengikut trend busana terbaru. Banyak orang beli blackberry yang lagi trend, atau paling nggak yang sama-sama QWERTY. Banyak orang yang suka hang-out di sana dan di sini. Ikut komunitas ini dan itu. Apa yang salah dengan ini semua?

Tidak ada! Semua baik saja, selama memang mereka melakukan yang mereka ingin lakukan. Atau lebih tepatnya, semua bagus selama mereka melakukan apa yang memang mereka butuhkan untuk mencapai happiness yang mereka idamkan. Di sini mungkin masalah sesungguhnya. Pertanyaan kritisnya kira-kira begini: Apakah happiness itu sesuatu yang universal; yang sumber dan bentuknya sama bagi semua orang?

Kalau menurut saya, jawabannya sih tidak. Saya suka hang out, asal memang saya lagi ingin hang out; plus teman hang out saya memang orang yang fun diajak hang out. Tapi, ada juga kawan-kawan yang hidupnya diisi dengan hang out, karena ngga ada lagi yang dikerjain dalam menikmati hidup. Bahkan, ada kenalan yang hidupnya isinya cuman hang out, party dan reuni sana-sini; let’s say, bergaya hidup socialite gitu deh. Melihat mereka, saya terheran-heran. I’m sure I won’t be happy at all to fill their shoes! Tapi, mereka happy; atau paling tidak mereka terlihat demikian. Why? Well, perhaps that’s what they looking for in their life.

My point is pretty simple! Who decide our own happiness? Ourselves!

Saya rasa happiness kita tergantung apakah kita tahu apa yang kita cari. Kalau kita tahu apa yang bisa membuat kita happy, maka kita bisa mencarinya. Celakanya, kita cenderung suka ikut trend sana-sini demi dibilang punya gaya hidup yang keren, modern dan nggak ketingalan jaman. Kita ikuti rutinitas ini dan itu supaya kita nggak dianggap kuper; syukur-syukur selalu ada kenalan di setiap acara sehingga kita dikenal sebagai sosialita hehe…………… Dan setelah ini semua, ternyata kita tak se-happy tetangga kita yang hidupnya tampak biasa saja.

Jangan-jangan, begitu sibuknya kita mengejar happiness, kita malah lupa merenungkan apa yang kita lakukan itu akan bikin kita bener-bener happy? Lalu, masalahnya apakah kita benar-benar tahu apa sih yang bakal benar-benar bikin kita happy? Alih-alih, kita mungkin bahkan tidak sempat memikirkannya, karena kita terlalu sibuk bersosialisasi dalam mengejar happiness yang kita sendiri tak tahu.

Mungkin, banyak orang stress bukan karena tidak menemukan happiness, tapi karena terlalu ngoyo mengejar ‘happiness’……hehehehehe……

Share/Bookmark

Advertisement

Any thoughts?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s