Anak buah dan es buah

Es buah ala Felicia

Rekan kerja satu tim…..itu adalah istilah yang kerap kita gunakan. Tapi ini membuat saya sering bertanya-tanya: Seberapa sering kita benar-benar kita bekerja sebagai tim?

Nggak selalu kan? Malah mungkin, bisa bekerja sebagai tim itu suatu kondisi yang sangat langka terjadi dalam kenyataan sehari-hari. Yang nyata dalam sehari-hari bukan soal ‘tim-timan’ ini, tapi bagaimana semua bisa bekerja sesuai tanggungjawab sebagaimana diinstruksikan pimpinan. Gampangnya, yang penting orang-orangnya beres dan bisa bekerja.

Nah, menurut saya tim kerja itu seperti es buah. Kalau salah pilih bahan atau salah menyampur, nggak lagi mengundang selera dan nggak enak dinikmati. Bahkan tampilan pertama, misal komposisi buah dengan es nya juga sudah menentukan enak tidaknya es buah itu sendiri.

Jadi, hal pokok dalam tim kerja adalah orang-orangnya. Atau lebih tepatnya, siapa yang memimpin dan siapa yang dipimpin, siapa bos nya dan siapa anak buahnya. Kalau bisa bekerja sebagai tim, ya bagus. Kalau tidak, alias cuma bekerja bersama, ya akan baik-baik saja selama jelas siapa yang pimpin dan siapa yang dipimpin. Hubungan yang terjadi, suka atau tidak suka, pasti dalam bentuk siapa bos dan siapa pengikut atau anak buahnya. Hanya memang sangat mungkin kualitas hubungan bos dan anak buah berbeda antara kelompok kerja satu dengan yang lain.

_DSC0199
Image by Dave Bloniarz via Flickr

Kalau bos, kita bicara personality dan cara memimpin seseorang sebagai bos. Disini kita perlu ingat, bahwa bos itu posisinya di atas, alias punya kuasa atas anak buahnya. Jadi, seorang bos punya kebebasan, meskipun sampai batas-batas tertentu, untuk bertingkah dan memutuskan sesuai keinginannya. Kalau disamakan dengan es buah, bos itu seperti es batu atau es serutnya. Suka tidak suka, es itu wajib ada dalam es buah. Sementara anak buah atau bawahan itu buah-buahan serta bahan lain seperti agar-agar atau susu kental manis atau yang lain. Buah bisa diganti-ganti, tapi es nya harus tetap ada. Uniknya, justru buah dan bahan lainnya yang menentukan perbedaan es buah yang satu dengan yang lain.

Jadi, seperti buah-buahan dan es dalam es buah; bos dan anak buah sama-sama memainkan peranan dalam ‘chemistry’ dalam pekerjaan. Kalu pas, ya maka pekerjaan akan ‘menggugah selera’ (bermotivasi tinggi) dan ‘enak dinikmati’ (hasil kerja bagus).

Saya tidak akan bicara soal bos disini, karena saya sudah sempat berceloteh panjang soal bos di sebuah posting beberapa waktu yang lalu. Sekarang giliran bicara soal bawahan, atau kerap kita sebut dengan anak buah.

Bagaimana kalau dengan anak buah alias bawahan? Lain ceritanya. Anak buah itu beda nasib dalam relasi kekuasaan, karena bos berkuasa atas anak buah, dan bukan sebaliknya. Jadi, anak buah tak punya kebebasan sebagaimana yang dimiliki bosnya. Akibatnya, kalau bos bisa bertingkah seenaknya, anak buah malah harus bisa mengendalikan tingkahnya agar bisa beradaptasi. Cara mereka beradaptasi ini yang beragam. Berikut catatan kecil tentang cara-cara mereka beradaptasi:

Anak buah yang adaptif betulan

Ini jenis anak buah yang memang betul-betul adaptif dalam arti dia mampu bekerja dengan fleksibel dan efektif. Ini tipe anak buah yang bagus untuk pekerjaan strategis dan butuh kecepatan tinggi. Anak buah jenis ini bekerja dengan berpegang pada prinsip dan pemahaman, dan gesit dalam implementasi. Jadi bukan plin plan atau berubah-ubah tanpa prinsip. Tapi yang begini memang tidak mudah diperoleh.

Anak buah ‘bayangan bos’

Shadow person (self-portrait).
Image via Wikipedia

Ini anak buah yang kemana-mana dan hampir dalam semua hal, cuma ngikut bosnya. Dia seperti anak kecil yang ngikut ibu atau bapaknya kemanapun, dan sulit disuruh lepas. Ya seperti bayang-bayang yang selalu muncul saat ada sinar, dia ini muncul saat situasi jelas, dan selalu mengiyakan dan mengikuti apapun yang dilakukan bosnya. Kalau bos ketawa, dia ikut ketawa, walau mungkin dia nggak ngerti apa lucunya. Kalo bosnya marah pada bawahan lain, dia ikut marah pada bawahan itu. Tapi, seperti halnya bayangan yang hilang di saat gelap, anak buah jenis ini juga hilang saat situasi gelap hehehe…. 🙂

Anak buah yang tak terkendali

Nah ini anak buah yang liar dan tidak bisa diatur. Ini mudah sekali ditemui, dan penyebab seseorang termasuk tipe ini bisa bermacam-macam. Mulai dari karakter yang memang semau gue atau keras kepala, sampai pada ketidakpahaman dan kebodohan yang membuat dirinya tidak bisa mengendalikan diri. Seringkali anak buah yang begini juga memang orang yang tidak happy atau tidak feel in dengan pekerjaannya. Ini merupakan jenis anak buah yang paling tidak disukai oleh bos jenis apapun.

Anak buah ahli carmuk (cari muka)

Kalau ini tipe anak buah yang sebenarnya berbakat secara politik. Dia tipe anak buah yang tujuannya jelas, yaitu memiliki image bagus di mata bos dengan cara apapun agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Berlawanan dengan anak buah yang tak terkendali atau malah tidak peduli dengan akibat dari tindakannya; anak buah ahli carmuk ini justru sangat sadar dengan tindakannya. Dia benar-benar fokus untuk mendapatkan credit poin dari bos, dan bisa memenangkan karir dan jabatan berikutnya. Dia politisi ulung, namun seringkali caranya cenderung menghalalkan segala cara dan mengabaikan prinsip-prinsip dasar. Uniknya, walau terkesan negatif, banyak orang yang seperti ini. Tentu karena banyak bos dan budaya organisasi yang juga cocok untuk anak buah macam ini.

Anak buah seniman

Ini anak buah yang sangat cinta pekerjaannya, dan sangat dikendalikan oleh moodnya. Soal kualitas kerja, tipe ini kebanyakan sangat memuaskan. Tapi soal ketertiban, kedisiplinan dan kepatuhan pada peraturan, seringkali ada masalah. Masalah ini bukan muncul karena mereka berniat buruk. Tapi ya karena mereka bekerja mengikuti emotional feeling dan suasana hati mereka. Soal keseriusan dengan apa yang mereka kerjakan, mereka pasti serius. Tapi ya itulah, cara kerja mereka cenderung acak-acakan. Anak buah tipe ini banyak sekali bisa ditemukan di posisi-posisi pekerjaan yang bersifat seni, buakn teknis; dan pekerjaan yang bersifat kreatif.

Anak buah jujur dan lurus hati

Ini anak buah yang baik dan jujur. Intinya, anak buah tipe ini adalah orang yang baik. Dia orang yang tidak akan melakukan hal buruk pada orang lain di pekerjaanya. Seringkali malah, dia terlalu lugu dan polos sehing sering digoda atau dipermainkan oleh rekan kerja atau atasannya. Jadi kadang kasihan juga. Tapi memang untuk jenis pekerjaan tertentu, anak buah seperti ini bukan orang yang tepat.

Anak buah “dibuang sayang”

Ini anak buah yang bikin atasannya agak pusing. Tipe anak buah yang ini adalah anak buah yang tidak banyak meningkatkan kinerja, tapi kalau tidak ada juga mungkin jadi mengurangi tenaga untuk bekerja. Kalau ada mereka, berapapun jumlahnya, tidak akan ada kenaikan hasil atau kualitas yang signifikan. Tapi kalau dibuang, sayang juga. Intinya, kontribusi mereka pada tim kerja tidak jelas. Mereka tidak bikin kesulitan, tapi juga tidak bikin peningkatan.

Working - Migrant Farm Workers
Image by Bob Jagendorf via Flickr

OK, itu sementara catatan kecil saya seputar anak buah, dan bagaimana mereka dengan bos nya bisa membuat tim kerja mereka seperti ‘es buah yang menggugah selera dan enak dinikmati’. Prinsipnya menurut saya adalah bos harus tau anak buah seperti apa yang ia pimpin, sementara anak buah harus tahu bos seperti apa yang ia ikuti. Ini bukan soal baik buruk atau benar salah. Ini soal campuran. Ini soal ‘chemistry’.

Just a little note on the end, saya kerap melihat bahwa bos cenderung merekrut anak buah yang setipe dengannya. Ini karena semata kencederungan manusia untuk menggunakan nilai-nilai pribadi (personal values) yang dimiliki sebagai acuan dalam menentukan apa yang baik; atau dalam hal ini, memilih anak buah yang baik.

Advertisement

16 thoughts on “Anak buah dan es buah

  1. pak saya mau tanya, kalau anak buah yang ada di perusahaan tu kebanyakan yang tipe tak terkendali gitu gimana ya cara koordinasinya ? kan seperti pak james bilang bahwa jenis anak buah ini yang paling tidak disukai oleh bos jenis apapun. Dan bosnya pengen keluarin aja tuh semua karyawan yang tak terkendali. Apakah perusahaan seperti ini selalu membutuhkan sebuah rekonstruksi pegawai pak ? dalam arti menyimpan yang hasil kerjanya bagus, trus pegawai yang hasil kerjanya buruk di ganti. Ataukah justru ada alternatif jalan lain untuk mengatasi hal tersebut? thank u pak ^^

    1. Kalau saya mau menanggapi sih, apakah benar anak buah itu memang tak terkendali? atau ada suatu kondisi yang memang menyebabkan orang itu jd tak terkendali.

      1. Hehehe…ya semua kan ada kondisi yang menyebabkan. Kendali (control) itu kan soal dinamika, soal sistem pengaruh. Nah dalam sistem, kan memang ada disharmoni yang ekstrim. Atau bisa disebut juga anomali dekonstruktif. Ini sebenarnya momentum untuk perubahan, kalau bisa dikelola dengan benar. Gimana menurutmu?

      2. Seperti kata pak James bahwa ada kondisi yang menyebaban hal tersebut, sehingga menyebabkan orang2 tersebut menjadi tipe pegawai yang tak terkendali….sedangkan terkait pendapat anomali dekonstruktif sebagai momentum untuk perubahan itu saya sependapat, karena kalau tidak ada perubahan dan tidak cepat di kelola maka dapat menjadi ancaman yang tinggal tunggu waktu…^^

    2. Hehehe…..kalau menurut saya, jawabannya ya begini: Cari cara mengendalikannya, lalu assess apa cost and benefitnya memiliki dia bagi bisnis. Ini bicara potensi, kompetensi, keahlian, nilai investasi dan resiko.
      Hanya setelah melakukan analisis dengan utuh dalam hal itu, maka keputusan yang benar bisa diambil. Prinsipnya begitu.
      Soal bagaimana strategi pelaksanaannya, tentu tergantung dari hasil assessment itu tadi.

      1. Hahahah…saya teringat prtnyaan Pak James dulu yang menanyakan individu mengikuti sistem atau sistem yang harus mengikuti individu tersebut. Saya terpikir seperti itu karena dari apa yang kita asses berarti kita bisa mengikuti individu tersebut atau individu bisa mengikuti sistem itu, tentunya sih apabila ketika di asses dua pihak slg memiliki simbiosis mutualisme. Begitu ya pak?

        Kemudian apabila anomali dekonstruktif itu adlh momentum perubahan, nah saya sih berpikir apakah semua anomali yang spt itu akan terus menjadi momentum perubahan?. Karena menurut saya, apabila anomali ini terus menerus ada mungkin perubahannya malahan tidak menjadi positif krn tidak konsisten. Gimana pak?

      2. Atau….malah keduanya memang saling mengikuti satu sama lain sampai batas-batas tertentu ?
        Ya kan perubahan memang tidak selalu positif 🙂 Tergantung bagaimana nilai-nilai di dalam sistem dikelola, ditransaksikan dan dipertukarkan. Kan gitu memang realitasnya.

  2. Well, dari pengalaman saya memimpin sebuah team, jenis-jenis rekan kerja (saya lebih suka menyebut rekan kerja daripada anak buah) tersebut kebetulan ada dan lengkap seperti yang Pak James ungkapkan di tulisan ini. Satu hal yang disini perlu disadari seorang leader dalam memimpin rekan-rekan kerjanya adalah perlakuan. Istilah anak buah selalu saya hindari dalam leadership saya karena Istilah Boss dan Anak Buah memiliki kesenjangan dimana rekan-rekan kerja merasa “tertekan”, sungkan, dan punya ketergantungan dengan Boss. akibatnya adalah rusaknya values of team work, dimana pekerjaan team yang harusnya bisa dishare dengan setiap anggota jadi tergantung dari komando boss. ini mematikan kreativitas team.

    Dengan Istilah rekan kerja yang saya tanamkan ke team saya, rekan-rekan kerja saya merasa tidak ada kesenjangan dalam bekerja, sehingga team tetap solid.

    Saya menjelaskan kepada rekan-rekan kerja saya bahwa: “masing-masing dari kita punya keunggulan dan kelemahan masing-masing, sehingga untuk itulah dibentuk team kerja agar kita bisa memberikan hasil terbaik bagi perusahaan. Oleh karena itu, marilah kita menggabungkan keunggulan yang kita miliki agar kita menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Jangan pernah anggap saya sebagai “BOSS”, itu hanya role saja. Kebetulan, saya dipercaya perusahaan untuk membantu pengelolaan team ini agar menjadi yang terbaik. Marilah kita bekerjasama.”

    Itulah sebagian briefing yang saya berikan ke rekan-rekan kerja saya beberapa waktu lalu.

    Hasilnya? Team menjadi sangat solid, mulai dari satu misi dan visi, pola penyelesaian pekerjaan yang “cantik” dan tepat waktu, semua anggota mampu berkolaborasi secara optimal dengan kreatif, inovatif, dan proactive, sehingga project yang kami tangani selesai sebelum due datenya.

    Ini sebagian sharing yang bisa saya bagikan saat ini. Bagaimana pendapatmu?

    1. Ya memang idealnya demikian. Tapi kita tidak bisa menutup mata bahwa ada pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa dalam setting tim yang demikian. Misal, setting demikian untuk IT dan industri kreatif tepat, tapi untuk manufaktur dan militer tidak.
      Apabila settingnya dipaksakan, yang terjadi justru turunnya efektivitas. Aku setuju bahwa semua jenis organisasi perlu merubah dirinya menjadi lebih organik, tapi tentu model penerapannya tidak sama. That’s what I think.

  3. pak, mau tanya, apa anak buah yang jujur dan tulus hati tu emang bener ada? saya agak sulit membayangkan beda dari anak buah yang jujur n tulus dengan anak buah yang carmuk..
    hehehe…

    1. Hehehe….saya paham. Kalo berdasar pengalamanku, maka jawabannya ada.

      Justru yang jujur dan tulus beda dengan carmuk, karena carmuk mulutnya manis. Sementara yang jujur justru biasanya apa adanya, dan yang apa adanya tidak selalu enak didengar.

      Menurutku, yang lebih sulit dibedakan dengan anak buar jujur dan tulus adalah anakbuah politikus yang bisa jadi pandai berakting ‘jujur’.

      Gimana menurutmu?

      1. ow…
        yayaya…
        bener tu, klo carmuk, selalu manis.. tapi kalo jujur tu apa adanya.. klo g suka ya bilang gak suka..

        hmmm…
        tapi sebenarnya, anak buah politikus tu dibutuhin di sebuah perusahaan atau ndak?
        kalo menurutku, perusahaan butuh anak buah politikus..
        malah justru terkadang anak buah yg kaya gini yg bisa memajukan prusahaan..

        bener ato ndak pak?

  4. Ya jelas kita justru butuh yang politikus. Itu baik untuk perubahan. Ingat, orang yang punya political skill itu berarti piawai menggunakan pengaruh. Itu energi perubahan.

    Masalahnya, anak buah politikus yang seperti apa yang kita punya.
    Kalau kita punya yang adaptif, bagus itu. Tapi kalau kita punya yang ‘bayangan bos’ atau ‘carmuk’, atau lebih parah lagi, yang ‘dibuang sayang’…….. repot jadinya.

Any thoughts?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s