Banyak tools untuk mengatur proses, dan semua bertujuan baik. Tapi efektif tidaknya tools yang kita pakai itu tergantung pada bagaimana kita menggunakannya.
Tools itu beragam, mulai dari proses prosedural dan teknis, atau dokumen dan sistem digital, hingga ke beragam keputusan teknis untuk operasional bisnis. Jadi tools itu alat-alat dan keputusan-keputusan konkret yang kita gunakan untuk bekerja. Dan menariknya, ada beberapa kasus yang bisa kita jadikan pelajaran.
Misal di DKI Jakarta, perdebatan soal ganjil genap dan ERP masih menghangat, karena tools tersebut ternyata berdampak lain yang tidak diharapkan. Di Surabaya, penerapan speed trap dan road bump di beberapa ruas jalan ternyata menimbulkan dampak kemacetan. Contoh lain yang agak populer adalah penggunaan Jembatan Suramadu yang ternyata setelah beberapa tahun belum mendongkrak perekonomian Madura seperti yang diharapkan. Lalu pemerintah menggratiskan, dan ternyata masih diperdebatkan.
Situasi yang serupa pasti kita temui di dalam dunia bisnis keseharian. Kenyataanya, tidak ada alat yang sempurna dan keputusan yang maha benar. Semua ada dampaknya.
Tapi yang paling penting adalah apakah kita selaku pengelola bisnis sudah mempertimbangkan dampaknya, dan memastikan bahwa dampak tersebut bukannya malah menghambat laju bisnis.
Ingat, semua tools itu baik. Tapi berguna atau tidaknya ya tergantung pada sejauh mana kita menggunakan tools itu untuk membuat proses kerja menjadi makin bagus, dan bukan makin rumit dan lambat.